Jakarta, Kemdikbud - Dari laporan Global Competitiveness Index yang dikeluarkan oleh forum ekomoni dunia (World Economic Forum) di tahun 2013-2014, Indonesia masuk dalam kelompok efficiency driven. Kelompok ini merupakan kelompok tengah antara factor driven dan innovation driven.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, mengatakan, kelompok innovation driven merupakan kelompok tertinggi dalam indeks daya saing bangsa yang dikeluarkan oleh forum ekonomi dunia. Agar Indonesia bisa menembus kelompok tersebut, Indonesia butuh generasi yang kreatif dan memiliki kemampuan berpikir order tinggi.
“Dari sisi simbol akademik kita butuh doktor dan master lebih banyak lagi,” kata Mendikbud pada pelepasan 34 siswa yang akan berkompetisi dalam tujuh olimpiade internasional, Rabu (2/07) sore, di Jakarta.
Mendikbud menyebutkan, tahun 2008-2009 populasi doktor di Indonesia baru 98 per satu juta penduduk. Dibandingkan dengan negara tetangga yang populasi doktornya 250 per satu juta penduduk, Indonesia masih jauh tertinggal. Saat ini, kata dia, populasi doktor di Indonesia cukup meningkat, tapi masih belum cukup. “Sekarang sudah 120 doktor per satu juta penduduk,” tuturnya.
Kehadiran generasi yang cerdas dan dibuktikan dengan keikutsertaan mereka dalam olimpiade internasional ini, kata Mendikbud, merupakan harapan bagi tumbuhnya doktor-doktor muda yang akan menjadi penggerak daya saing Indonesia.
Ia menambahkan, untuk menjadi doktor, para siswa ini bisa menggunakan berbagai beasiswa, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun beasiswa yang merupakan kerja sama Indonesia dengan negara-negara sahabat. “Harapannya adik-adik yang usianya di bawah 18 tahun ini dalam 10-15 tahun ke depan sudah menjadi doktor semua, sebelum usia 30 tahun,” katanya. (Aline Rogeleonick)
SM: www.kemdiknas.go.id
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, mengatakan, kelompok innovation driven merupakan kelompok tertinggi dalam indeks daya saing bangsa yang dikeluarkan oleh forum ekonomi dunia. Agar Indonesia bisa menembus kelompok tersebut, Indonesia butuh generasi yang kreatif dan memiliki kemampuan berpikir order tinggi.
“Dari sisi simbol akademik kita butuh doktor dan master lebih banyak lagi,” kata Mendikbud pada pelepasan 34 siswa yang akan berkompetisi dalam tujuh olimpiade internasional, Rabu (2/07) sore, di Jakarta.
Mendikbud menyebutkan, tahun 2008-2009 populasi doktor di Indonesia baru 98 per satu juta penduduk. Dibandingkan dengan negara tetangga yang populasi doktornya 250 per satu juta penduduk, Indonesia masih jauh tertinggal. Saat ini, kata dia, populasi doktor di Indonesia cukup meningkat, tapi masih belum cukup. “Sekarang sudah 120 doktor per satu juta penduduk,” tuturnya.
Kehadiran generasi yang cerdas dan dibuktikan dengan keikutsertaan mereka dalam olimpiade internasional ini, kata Mendikbud, merupakan harapan bagi tumbuhnya doktor-doktor muda yang akan menjadi penggerak daya saing Indonesia.
Ia menambahkan, untuk menjadi doktor, para siswa ini bisa menggunakan berbagai beasiswa, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun beasiswa yang merupakan kerja sama Indonesia dengan negara-negara sahabat. “Harapannya adik-adik yang usianya di bawah 18 tahun ini dalam 10-15 tahun ke depan sudah menjadi doktor semua, sebelum usia 30 tahun,” katanya. (Aline Rogeleonick)
SM: www.kemdiknas.go.id
Comments
Post a Comment